Skip to main content

Quarter Life Crisis : Iso Ra Iso Halsuisseo!

Hai Hai Hai...

Apa Kabar? Semoga selalu sehat yaa...

Kali ini aku bakal ngebahas persoalan yang sepertinya akan dilalui oleh tiap orang di usia 25 tahun. Yaps... sesuai dengan judul... Bahasan kali ini tentang Quarter Life Crisis kaitannya dengan yang kulalui ya. By the way, bahasan kali ini sering banget daridulu ingin kutulis tapi nggak jadi-jadi. Dan akhirnya kesampaian juga setelah berulang kali muter lagunya Idgitaf berjudul "Takut". Asli ini liriknya so relate ama kehidupan, termasuk kehidupanku. Pertama kali denger sampe rasanya ingin nangis deh, terbawa suasana liriknya. Kalian sudah tau lagunya kan? Kalo belum, coba deh didengerin :) Nih sekalian deh kucantumin linknya. Selamat memainkan plus mendengarkan lagunya... https://www.youtube.com/watch?v=VJ1wfhlyWBw

Baiklah... Sebelumnya kuceritain Quarter Life Crisis yang kuhadapi, ada baiknya kita bahas sebenernya apa sih Quarter Life Crisis itu? 

Mengutip dari tulisan RSJ Menur :

"Sebenarnya fenomena ini sudah lama ada, beberapa jurnal penelitian ilmiah juga sudah membahasnya. Bahkan Linkedin pernah melakukan survey pada tahun 2017 yang menunjukkan sebanyak 75% dari usia 25-33 tahun di dunia mengaku pernah mengalami Quarter Life Crisis dengan usia rata-rata 27 tahun."

Quarter Life Crisis dapat dikatakan sebagai sebuah periode manusia mulai masuk dalam masa dewasa. Krisis ini dianggap sebagai masa sulit yang dialami pada usia 25-30 tahun. Saat mengalami krisis ini dimungkinkan kita akan  merasakan serangan emosional luar biasa yang datang dari dalam dan luar diri sehingga menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa. Setidaknya ada dua penyebab munculnya Quarter Life Crisis (selanjutnya ditulis dengan QLC) yaitu 1)  Media Sosial. Biasanya dikarenakan membandingkan diri dengan orang lain yang dinilai “lebih”, baik secara fisik,  prestasi, karir, asmara dll. 2) Tuntutan Sosial. Adanya tuntutan lingkungan untuk meraih pencapaian yang sesuai dengan standar publik. Pertanyaan-pertanyaan seperti “kapan lulus?” ,“kerja dimana?”, “kapan menikah?”, “sudah punya anak belum?” dan beberapa pertanyaan serupa yang bisa jadi membuat semakin tertekan. 

Naaaah... Dari kutipan penjelasan di atas udah dapat gambaran kan sebenarnya QLC itu apa. Atau malah sebenarnya sudah mengalaminya? Rasanya mantaappp memang. Aku saja masih merasakan mungkin hingga saat ini belum sepenuhnya keluar dari QLC. Hmm cukup lama juga ternyata ya, sudah 4 tahun lamanya. Masih bersusah payah merayap keluar dari QLC ini :( Buat kalian yang sedang mengalami QLC, Semangat Guys! Percaya bahwa akan ada sesuatu yang baik di balik segala suatu yang kita alami dalam hidup ini. Yok Bisa Yok! Jangan sampai menyerah. Buat yang terlintas ingin menyerah. NO NO NO! Ingat! Kalian lebih besar dari masalah kalian. Perlahan saja nggak usah terburu-buru. Semangat menuju jalan yang positif... (sambil ngomong ke diri sendiri juga hehehe)

Baiklah, mari kita lanjuttt buat ngebahas QLC seperti apa yang kualami. Pernah berada di titik terendah dalam hidupku dan kemudian berusaha bangkit meskipun dengan merayap itu membuatku proud to myself (dan artinya setiap dari kita pun juga bisa, meski lewat beragam cara) ... QLC benar-benar menjadi titik balik hidupku. Menjelang 25 tahun banyak sekali hal yang berkecamuk alias berperang satu sama lain di dalam hidupku. Aku semakin bingung dengan arah hidupku. "Setelah ini gimana?", "sebenernya apa yang aku mau?, "Kenapa dulu harus seperti itu? Harusnya kan seperti ini." dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang terngiang-ngiang. Chaos bangetttt diriku tahun itu. Banyak dilema yang dihadapi, termasuk di dalamnya dilema akan hidup di masa depan dan juga prahara cinta kala itu. Tahun itu bisa dikatakan sebagai tahun terberat yang harus kulalui selama masa hidupku. Bukan hanya dilema saja yang harus kuhadapi, kekecewaan demi kekecewaan hingga kehilangan demi kehilangan pun harus kuhadapi pada tahun itu. Tahun itu serasa hidupku ibarat kaca yang tetiba jatuh dari ketinggian, dihempaskan, dan akhirnya pecah berkeping-keping tidak utuh. Tahun itu aku babak belur. Harapan tinggi kepada seseorang untuk menjadi teman di masa depan, menguap tak bersisa. Permasalahannya? Entah. Tidak Jelas. Hahaha, dasar aku! Tahun itu juga hidupku seketika gelap, hilang arah ketika cinta pertamaku dipanggil pulang oleh Allah menuju tempat yang lebih baik. Tempatku bertanya, berkeluh kesah, tetiba hilang tanpa bisa kutemani kepergiannya untuk terakhir kali. Menyesal? Sangat. Tetapi aku yakin beliau sudah istirahat dengan tenang. Sudah dibebastugaskan dari segala permasalahan hidup di dunia. Selamat istirahat, Pak! Semoga Aku bisa selalu membuat Bapak bangga yaa. 

Tahun itu kekecewaan demi kekecewaan silih berganti. Mulai dari tugas akhir yang penuh kendala hingga belum kunjung datangnya kesempatan berkarir. Gamang? Sangat. Aku ingat tahun itu merupakan kali pertama Aku berkunjung ke seorang ahli untuk berkeluh kesah. Ya, kali pertama kudatangi seorang Psikolog untuk berkeluh kesah. Aku tidak malu menceritakan ini karena hal ini merupakan hal normal yang bisa terjadi di hidup siapa pun. Aku memutuskan untuk mengunjungi seorang Psikolog di salah satu tempat layanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah DIY, tempatku kuliah dan menjalani hari-hari kehidupan kala itu. Kuputuskan ke Psikolog karena mulai merasa ada yang tidak beres di diriku. Hehe, bisa dikatakan depresi kali ya kala itu. Mood Swing parah menjadi alasan terbesarku segera mendatangi Psikolog tersebut. Banyak hal positif yang kemudian kudapatkan dalam sesi keluh kesah saat itu. Beberapa di antaranya adalah Jangan terlalu keras dengan diri sendiri; dan  fokus jalani masa kini, jangan terlalu takut dan juga meresahkan masa depan; Sesi keluh kesahku itu benar-benar memberi masukan positif buat diriku hingga kini, ya biarpun Overthink nya masih saja kadang mengacaukan masukan positif yang telah tertanam. 

Aku mulai menyadari dimulai ketika umurku memasuki 25 tahun, banyak perubahan dalam diriku. Ambisiku yang bergejolak lama kelamaan dipaksa untuk berdamai dengan kenyataan yang seringkali tidak sesuai. Ambisi dan harapanku yang tinggi akan hal di masa depan kemudian seringkali dipatahkan hingga mau tak mau menjadikanku semakin beradaptasi dengan hal-hal luar biasa yang bisa terjadi di luar rencana kita. Putus asa? Dulu sempat terlintas. Kusalahkan Allah kenapa sangat tidak adil terhadap hidupku. Kenapa banyak sekali ujian yang menerpa hidupku? Tapi kemudian jawaban dari Allah membuatku mengaku bodoh sekali dulu sempat terlintas pemikiran bahwa aku nggak sanggup, aku menyerah saja, aku sudah putus asa. Jawabannya ada yang butuh waktu lama ada yang seketika terjawab. Jawaban Allah yang kemudian membuatku sadar bahwa kita memang bisa berencana tapi Allah lah yang menakdirkan segala suatu dalam hidup ini. Kemudian tersadar bahwa bisa jadi rencana kita tidak baik bagi hidup kita di masa depan dan Allah menjawabnya dengan kekecewaan serta patah hati di kala itu. 

Sekarang, di usiaku yang sudah beranjak menuju kepala 3 yah kehidupanku masih terseok-seok sih menurutku. Mencari arah hidup yang tepat untuk masa depanku. Terpaan badai QLC selama beberapa tahun benar-benar kurasa menjadi titik balik untuk menentukan tujuan hidupku dan melakukan yang terbaik untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh dan juga bertanggung jawab atas segala pilihan hidup yang telah diambil. So, sekali lagi. Untuk para pejuang badai QLC, kita harus yakin bahwa kita bisa melewati ini semua. Jangan pernah merasa terlambat karena siklus hidup kita tidak seperti orang lain. Ingat! Setiap dari kita itu punya garis waktunya tersendiri. Jika hidupmu penuh terpaan, bersyukur saja bahwa mungkin ini cara Allah memberitahumu bahwa memang kita terpilih karena mungkin punya bahu yang kuat untuk mengatasi segala masalah yang ada. Percaya saja bahwa krisis dan segala permasalahan yang ada memang merupakan alat untuk menjadikanmu lebih tangguh dari sebelumnya. Kalo kata para Kpopers "Iso Ra Iso... Halsuisseo". Semangat! You are stronger than you know!

Ada yang mau share soal QLC yang dialaminya? Boleh Banget!

Bahasan kali ini mungkin sampe sini aja yah dulu. Selamat malam orang-orang baik... Good Night!

Comments

Popular posts from this blog

Simbol Penting di Kemasan Produk Skincare! [Skincare Tips]

Hai Hai Hai... Sebelum kita membahas lebih lanjut plus mereview produk- produk skincare yang lagi hype, penting banget nih buat kita tau informasi apa aja yang bisa kita dapatin di kemasan alias wadah skincare. Jangan sampai kita nggak tau simbol-simbol yang ada di kemasan skincare punya kita yaa... Info dari berbagai sumber udah coba kuambil inti-intinya yahlangsung daann ini dia beberapa simbol yang sering kita jumpai di kemasan skincare kita. Cekidot! 1. Leaping Bunny (Simbol Cruelty Free) Cruelty Free itu apa sih? Jadi, Cruelty Free itu berarti bahwa produk yang kita punya udah nggak melakukan pengujian pada hewan selama masa formulasi produknya. Simbol yang berhubungan dengan hewan selain leaping bunny ada juga “Animal Cruelty Free”, dan “No Animal Testing”. Perbedaannya apa dong? No Animal Testing menandakan bahwa produk kosmetik tersebut tidak diuji coba kepada hewan. Animal Cruely Free artinya meskipun bahan baku yang digunakan adalah bahan baku hewani, namun baha...